Senin, 20 Oktober 2008

Positivisme & Pos Positivisme

PAHAM POSITIVISME

Auguste Comte (1798-1857) sering disebut “Bapak Positivisme“ karen aliran filsafat yang didirikannya tersebut. Positivisme adalah nyata, tidak khayak. Ia menolak metafisika dan teologik. Jadi menurut dia ilmu pengetahuan harus nyata dan bermanfaat serta diarahkan untuk mencapai kemajuan.

Metode positif Auguste Comte menepatkan akal (rasio) pada tempat yang sangat penting. Dalam usaha untuk memecahkan suatu masalah yang ada dimasyarakat kelompok ini berusaha mengetahui (lewat penelitian) penyebab terjadinya masalah tersebut untuk selanjutnya diusahakan penyelesaiannya dengan azaz positivisme.

Proses penelitian dilakukan dengan 2 tahap :
Tahap pertama dugaan (hipotesis) tentang penyebab terjadinya masalah tersebut lewat teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikaji kebenarannya secara rasional. Penalaran yang digunakan dalam tahap ini adalah penalaran deduktif.
Tahap kedua adalah menguji hipotesis yang telah disusun dengan metode empiris, misalnya dengan melaksanakan pengamatan (observasi), percobaan (eksperimen), dan membandingkan (komparasi) dengan hasil-hasil penelitian sejenis yang dilaksanakan oleh peneliti lain.

Beberapa kelemahan positivisme terutama dibidang penelitian adalah sebagai berikut :
Paham positivisme dalam memecahkan masalah di masyarakat bertitik tolak dari konsep, teori, dan hukum yang sudah mapan yang mungkin tidak relevan untuk situasi sosial yang khas dari masyarakat yang diteliti dan kurang memikirkan kepentingan praktis
Penelitian lebih bersifat verifikasi terhadap teori yang telah ada
Mencari fakta-fakta atau sebab-sebab dari gejala sosial masyarakat tanpa meperhatikan keadaan individu secara utuh.
Metode positivisme biasanya menggunakan pendekatan cross section studies (pada waktu tertentu) seperti sensus penduduk
Keutuhan responden sebagai individu diabaikan
Sering melibatkan banyak peneliti
Analisis yang digunakan kuantitatif, analisis kuantitatif terus berkembang sejalan berkembanhgnya program komputer.

POSITIVISME
Positivisme Paradigma IPA

1. Positivisme
Positivisme diganakan pertama kali oleh Sain Simon (sekitar 1825), positivisme berakar dari empirisme, prinsip positivisme dikembangkan pertama kali oleh empirist Inggris Francis Bacon (sekitar 1600).

2. Positivisme Sosial
August Comte dan John Stuart Mill merupakan tokoh-tokoh utama posistivisme sosial. Positivisme sosial pengembangan ilmu terutama untuk mengembangkan organisasi sosial.
Filsafat positivistik August Comte
Meskipun Comte seorang ahli matematik, tetapi comte memandang bahwa matemati bukan ilmu, hanya alat berfikir logik, dan matematika memang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena, tetapi dalam praktik fenomena memang lebih komplek
Metodologi A. Comte
Alat penelitian yang pertama menurut comte adalah observasi. Kita mengobservasi fakta. Tindakan mengamati sekaligus menghubungkan dengan suatu hukum yang hipotethik diperbolehkan oleh comte.
Sosiologi A. Comte
Comte membedakan antara social static dan social dinamics, perbedaan tersebut hanya untuk tujuan analisis satu menalaah fungsi jenjang-jenjang peradaban yang kedua menalaah perubahan-perubahan jenjang tersebut.
Bentham dan Mill
Menurut merak ilmu yang falid adalah ilmu yang dilandaskan pada fakta

3. Positivisme Evalusioner
Berangkat dari phisika dan biologi, digunakan doktrin evolusi biologik
Herbert Spencer
Konsep evolusi spencer diilhami konsep evalusi biologik, evolusi merupakan proses dari sederhana ke kompleks, pengetahuan manusia terbatas pada kawasan phenomena
Haeckel dan Monisme
Agama sering melihat materi dan ruh sebagai dua yang dualistik. Haeckel memandang bahwa hal dan kesadaran itu menampilkan sifat yang berbeda, tetapi mengenai substansi yang satu, monistik.

4. Positivisme Kritis
Mach dan Avenarius
Fakta menjadi satu-satunya jenis unsur untuk membangun realitas, realitas bagi keduanya adalah sejumlah rangkaian hubungan beragam hal indriawi yang relatif stabil
Pearson
Konsep hukum merupakan merupakan suatu deskripsi tentang dunia luar, bukan persepsi.
Petzoldt
Hukum memungkinkan orang meilih kondisi mana yang diperkirakan lebih efektif terhadap determinasi suatu penomena, hukum hanya memberi efek logis tidak perlu sampai efek fisik.

POSTPOSITIVISME

Post Positivisme lawan dari positivisme: cara berpikir yg subjektif Asumsi thd realitas: there are multiple realities (realitas jamak), Kebenaran subjektif dan tergantung pada konteks value, kultur, tradisi, kebiasaan, dan keyakinan. Natural dan lebih manusiawi
Edmund Husserl (1859-1938)
Gagasan Dasar Phenomenologi dari Franz Bremento (1838-1917): “all consciousness is by its very nature intentional, that is, directed toward some object”.
Phenomenologi dari Husserl (Phenomenologi modern). Kesadaran berilmu pengetahuan yg pertama-tama adalah kesadaran manusia tentang objek-objek intensional. Dua arti objek intensional: semantik dan ontologik.
Makna semantik intensional: bila tidak dapat ditampilkan rumusan equivalennya (satu makna). Ontologik: sesuatu dikatakan intensional bila kesamaan identitas tidak menjamin utk dikatakan equivalen atau identik


Inti Pemikiran Husserl
· Intensionalitas: pengembangan konstruk teori hrs (mengarah, aktif, rasional), yang subjektif, paralel dg penamaan kita.
· Logika transendental-pengalaman intersubjektivitas. Seseorang mrp subjek pengalaman sendiri, tetapi orang lain juga menyadari adanya perilaku eksternal. Kedua akan saling mengurun (sharing) dlm membangun dunia, budaya, dan nilai (ilmu)